Breaking News

Di Antara Sawah dan Sungai: Polri Mengawal Lahirnya Jembatan Gantung Desa Watu


Keterangan Gambar:

Personel Polri dan perangkat desa berdagang menyusuri pematang sawah saat melakukan pemantauan pembangunan jembatan gantung di Desa Watu, Soppeng. Kehadiran aparat dalam proses pembangunan ini menjadi bentuk nyata sinergi antara Polri, pemerintah desa, dan masyarakat.


Reporter: Ahmad Syukur
Editor: Alimuddin

Ketika Angin Sawah Membawa Cerita Pembangunan

SOPPENG, SULSEL — Siang itu, langit di atas Desa Watu membentang biru tanpa sekat, dihiasi awan putih yang berarak pelan seperti perahu kecil di lautan udara. Suara serangga bersahut-sahutan, burung-burung melintas rendah di atas hamparan padi yang hijau segar. Desa itu sedang berdenyut dalam ritme khas pedesaan—tenang, tetapi penuh kehidupan.

Di tengah suasana itu, rombongan aparat kepolisian berjalan menyusuri pematang sawah. Langkah mereka teratur namun santai, seolah menghormati tanah yang penuh berkah itu. Di antara mereka, Bhabinkamtibmas Desa Marioriaja dan Desa Watu, Aipda Muhammad Edil, tampak berbincang dengan perangkat desa. Sementara di sisi lain, AKP Masudi, SH., memperhatikan alur irigasi yang menuju lokasi pembangunan jembatan gantung.

Bukan tanpa alasan mereka hadir di sana. Pada Minggu siang, 30 November 2025, rombongan itu datang untuk memastikan bahwa pembangunan jembatan gantung Desa Watu—proyek yang sangat dinantikan warga—berjalan aman, lancar, dan sesuai rencana.

Di balik perjalanan sederhana itu, tersimpan kisah panjang tentang harapan masyarakat yang selama bertahun-tahun hidup dengan akses terbatas.


Jembatan yang Mengubah Cara Orang Melangkah

Sungai yang membelah wilayah Desa Watu telah lama menjadi tantangan bagi warganya. Ketika musim kemarau, mereka bisa melintasinya dengan relatif mudah. Namun saat musim hujan tiba, aliran air bisa melonjak tiba-tiba, membawa serpihan dedaunan dan ranting pohon. Bahkan, tak jarang arus kuat membuat warga harus berputar jauh untuk mencapai desa tetangga.

Seorang petani setempat, sambil menenteng topi bundar yang lusuh, bercerita kepada aparat.

“Kalau hujan besar, kami harus menunggu air surut. Kadang baru bisa lewat besok pagi. Itu pun masih harus hati-hati,” ucapnya sambil tersenyum pasrah.

Kondisi itu memengaruhi banyak hal: mulai dari pasokan kebutuhan sehari-hari, jalur anak sekolah, hingga mobilitas membawa hasil panen. Itulah sebabnya kabar tentang pembangunan jembatan gantung disambut seperti kabar bahagia.

Jembatan ini bukan sekadar lintasan logam dan tali baja. Ia adalah simbol kemudahan. Simbol perubahan yang telah lama diimpikan warga.


Langkah-Langkah Polisi di Tengah Hijau yang Menyegarkan

Pemantauan hari itu tidak hanya dilakukan oleh Bhabinkamtibmas. Sebanyak 15 personel Brimob Kompi 3 Yon C Pelopor hadir mendampingi. Mereka dikomandoi IPDA Taufiq—seorang pemimpin lapangan yang dikenal dekat dengan masyarakat.

Personel Brimob itu berdiri di tepi sawah, sebagian memeriksa jalur akses, sebagian lagi berdiskusi dengan teknisi dan warga. Kehadiran mereka menghadirkan rasa aman bagi siapa saja yang sedang bekerja di lokasi tersebut.

Di sela percakapan informal, beberapa warga tampak tersenyum, merasa dihargai dan diperhatikan.

Seorang pemuda desa menuturkan kepada aparat:

“Biasa kami lihat polisi jaga keamanan di kota atau pas acara besar. Tapi hari ini mereka datang ke sawah, lihat kebutuhan kami. Rasanya beda sekali.”

Itu adalah momen kecil yang menggambarkan nyata bahwa Polri bukan hanya institusi keamanan, tetapi juga bagian dari denyut kehidupan masyarakat.


Sinergi yang Terbangun dari Kepercayaan

Kolaborasi hari itu bukan sekadar kegiatan formal. Ia adalah sebuah sinergi yang tumbuh dari saling percaya. Pemerintah desa yang memahami medan, warga yang tahu apa yang dibutuhkan, dan kepolisian yang punya kapasitas pengamanan serta dukungan tenaga turut melebur menjadi satu tim.

Kapolres Soppeng, AKBP Aditya Pradana, S.I.K., M.I.K., dalam kesempatan terpisah memberikan pernyataan yang mencerminkan semangat kebersamaan tersebut.

“Jembatan ini adalah kebutuhan vital masyarakat. Polri hadir tidak hanya menjaga, tetapi juga membantu memastikan setiap proses berjalan baik. Ini adalah bentuk pengabdian kami,” ujarnya tenang, namun penuh keyakinan.

Pernyataan itu seolah menguatkan bahwa pembangunan jembatan tidak hanya dilakukan oleh satu pihak, melainkan oleh komitmen bersama berbagai unsur.


Di Balik Pembangunan, Ada Cerita Para Pekerja

Di sekitar lokasi pembangunan, suara palu, gesekan alat, dan percakapan para pekerja menjadi harmoni tersendiri. Mereka bekerja di bawah terik matahari, berkeringat, tetapi tetap tersenyum.

Beberapa pekerja mengatakan bahwa kehadiran aparat membuat mereka merasa lebih aman.

“Kadang kita bawa material sampai malam. Kalau ada polisi jaga, kerja juga jadi lebih tenang,” ujar seorang pekerja yang sedang memotong rangka jembatan.

Di sisi lain, petani yang sawahnya berada dekat lokasi terlihat sesekali memperhatikan proses pembangunan. Mereka seperti menyaksikan lahirnya sebuah babak baru.


Jembatan Harapan: Menghubungkan Masa Kini dan Masa Depan

Ketika jembatan nanti selesai dibangun, warga tidak hanya akan menyeberang dari satu sisi sungai ke sisi lain. Mereka akan menyeberang dari masa sulit menuju masa yang lebih mudah.

Jembatan itu akan mempersingkat waktu tempuh ke pasar.
Jembatan itu akan membuat anak sekolah merasa lebih aman.
Jembatan itu akan membantu petani membawa hasil panennya dengan lebih cepat.
Jembatan itu akan memberikan kesempatan pekerjaan baru di desa karena akses yang terbuka lebar.

Di balik pembangunan jembatan, ada harapan-harapan kecil yang perlahan tumbuh menjadi kenyataan.


Sebuah Jembatan, Sebuah Cerita Bersama

Ketika rombongan aparat kembali berjalan meninggalkan lokasi pembangunan, angin sawah kembali berhembus lembut. Cahaya matahari memantul di permukaan air yang mengalir tenang, seakan ikut merestui pembangunan besar itu.

Hari itu, Desa Watu tidak hanya menyaksikan pemantauan pembangunan. Ia menyaksikan kebersamaan. Ia menyaksikan bagaimana infrastruktur bisa menjadi cerita manusia. Ia menyaksikan bahwa polisi dan masyarakat bisa berjalan beriringan menuju tujuan yang sama: kesejahteraan.

Dan ketika jembatan itu akhirnya berdiri, maka bukan hanya dua tepian sungai yang tersambung—melainkan hati-hati yang selama ini berharap pada perubahan. (Sumber: Humas Polres Soppeng) 




Tidak ada komentar