Harmoni yang Dijemput Pagi: Bhabinkamtibmas Lapajung Satukan Warga dalam Mediasi Sengketa Atap Rumah
Para unsur pemerintahan kelurahan bersama Bhabinkamtibmas Lapajung mengikuti proses mediasi warga terkait sengketa atap rumah yang digelar di Aula Kantor Kelurahan Lapajung, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng.
Laporan : Syamsuddin Andy
Ketika Pagi Mengantar Sebuah Harapan Damai
SOPPENG, SULSEL - Pagi di Kelurahan Lapajung terasa lebih lembut dari biasanya. Sinar matahari perlahan menembus tirai jendela Aula Kantor Kelurahan, menyapu ruangan dengan warna keemasan yang hangat. Kursi-kursi tertata rapi, wajah-wajah duduk berhadapan, dan udara yang mengalir membawa harapan agar hari itu menjadi titik pulih dari sebuah ketegangan kecil antarwarga.
Di tengah ruangan itu, hadir sosok yang menjadi jembatan penenang: Aipda Ibrahim, Bhabinkamtibmas dari Kelurahan Lapajung dan Salokaraja. Ia datang bukan untuk mengadili, tetapi untuk mendamaikan—menyulam kembali tali silaturahmi yang sempat terurai oleh perkara seutas atap rumah.
Awal Perselisihan: Tetes Hujan yang Membawa Resah
Perselisihan ini bermula dari hal sederhana—atap rumah salah satu warga menempel pada dinding rumah tetangganya. Ketika hujan turun, air merembes masuk, menimbulkan keresahan dan mengusik kenyamanan. Bukan soal bangunan semata, tetapi tentang rasa saling menghormati yang terluka sedikit demi sedikit.
Di banyak tempat, persoalan kecil seperti ini kerap melebar menjadi sengketa berkepanjangan. Namun di Lapajung, masyarakat percaya bahwa setiap masalah, sekecil apa pun, layak diselesaikan dengan bicara yang baik dan kepala yang dingin.
Ruang Mediasi: Tempat Kata-Kata Menemukan Jalannya
Senin, 24 November 2025, pukul 08.30 WITA, Aula Kantor Kelurahan Lapajung menjadi ruang dialog terbuka. Hadir dalam pertemuan itu Lurah Lapajung, Babinsa, Kasi Trantib, Kasi Pemerintahan, Kepala Lingkungan, dan kedua pihak—pelapor maupun terlapor.
Suasana diskusi berlangsung tenang. Tidak ada suara tinggi, tidak ada saling tuding. Yang tampak hanya keinginan bersama untuk mencari titik temu, meredakan keresahan, dan mengembalikan harmoni bertetangga.
Mencari Titik Damai: Kesepakatan dalam Semangat Kekeluargaan
Setelah dialog yang mengalir dan dibangun di atas kejujuran, kedua pihak sepakat menandatangani solusi yang lahir dari kesadaran bersama. Kesepakatan itu meliputi:
1. Pembangunan Tembok Secara Mandiri
Terlapor bersedia membangun temboknya sendiri ketika telah memiliki kesiapan anggaran, sebagai bentuk tanggung jawab dan itikad baik.
2. Pemasangan Talang Air
Untuk mencegah rembesan air saat hujan, terlapor sepakat memasang talang air tepat di sisi dinding rumah pelapor.
3. Pemindahan Tali Jemuran
Tali jemuran yang sebelumnya dipasang pada dinding rumah pelapor akan dipindahkan. Bahkan saat dilakukan pengecekan di Tempat Kejadian Perkara (TKP), poin ini telah dilaksanakan.
Kesepakatan itu disambut senyum dan anggukan lega. Tidak ada lagi jarak yang mengeras; yang tersisa adalah rasa saling memahami.
Peninjauan ke Lapangan: Menguatkan Komitmen
Usai penandatanganan, rombongan menuju Kompleks Langkemme, lokasi sengketa. Tinjauan langsung ini bukan hanya memastikan kesepakatan berjalan, tetapi juga menegaskan bahwa mediasi bukan sekadar wacana—melainkan tindakan nyata.
Di sana, tali jemuran yang sebelumnya menjadi titik gesekan telah dipindahkan. Sebuah langkah kecil, tetapi menjadi simbol besar dari niat untuk berdamai.
Apresiasi Kapolres: Problem Solving adalah Wajah Humanis Polri
Mediasi yang berjalan damai ini mendapat apresiasi dari Kapolres Soppeng AKBP Aditya Pradana, S.I.K., M.I.K.
Ia menilai langkah cepat Bhabinkamtibmas dan pihak kelurahan sebagai cerminan Polri yang hadir dengan pendekatan humanis dan solutif.
“Penyelesaian melalui mediasi adalah wujud kehadiran Polri dalam menjaga harmoni dan kerukunan masyarakat. Pendekatan dialog seperti ini sangat efektif mencegah konflik berkepanjangan. Saya mengapresiasi Bhabinkamtibmas Lapajung yang telah menjalankan peran problem solving dengan baik,” ujar Kapolres.
Ia menambahkan bahwa Polres Soppeng akan terus mendukung upaya-upaya penyelesaian masalah sosial berbasis musyawarah, kolaborasi, dan empati.
Lebih dari Sekadar Mediasi: Merawat Nilai-Nilai Kebersamaan
Apa yang terjadi pagi itu bukan hanya soal menyelesaikan sengketa atap rumah. Ini adalah contoh bahwa masyarakat masih memegang kuat budaya musyawarah, bahwa tetangga bukan sekadar orang yang tinggal di sebelah, tetapi saudara yang harus dijaga hubungannya.
Dan Bhabinkamtibmas, sebagai ujung tombak Polri, hadir sebagai penjalin harmoni; memastikan bahwa setiap masalah menemukan penyelesaian sebelum menjadi bara.
Damai yang Tumbuh dari Ruang Sederhana
Aula kecil itu pada akhirnya menjadi saksi bahwa perdamaian tidak harus lahir dari tempat megah—ia tumbuh dari ruang sederhana, dari kata-kata yang diucapkan dengan keikhlasan, dan dari manusia-manusia yang memilih untuk memahami daripada menang sendiri.
Di Lapajung, pagi hari itu menjadi pengingat bahwa harmoni bukan sesuatu yang datang dengan sendirinya. Ia dijemput, dijaga, dan dirawat—setiap hari, oleh setiap orang. (Humas Sumber: Polres Soppeng)

Tidak ada komentar