Breaking News

Belajar dari Rumah Bari Pesirah: Siswa Suak Tapeh Menyelami Sejarah Hidup Banyuasin


Keterangan gambar:

Para siswa SMA Negeri 1 Suak Tapeh berfoto bersama guru dan penari Tari Ngundang di depan Rumah Bari Pesirah Pangkalan Balai, usai kegiatan pembelajaran budaya dan sejarah Banyuasin, Kamis (6/11/2025). Kunjungan ini menjadi pengalaman belajar langsung yang menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap warisan budaya daerah.


BANYUASIN, SUMSEL — Cahaya pagi menembus jendela kayu tua Rumah Bari Pesirah Pangkalan Balai, membiaskan rona nostalgia pada setiap sudut bangunannya. Di rumah bersejarah itu, Kamis (6/11/2025), ratusan langkah muda terdengar bersemangat — 108 siswa SMA Negeri 1 Suak Tapeh tengah menapaki jejak masa silam, belajar langsung dari saksi bisu perjalanan sejarah Banyuasin.

Kunjungan tersebut merupakan bagian dari proyek kebudayaan sekolah yang dirancang untuk menghadirkan pengalaman belajar di luar kelas. Para siswa diajak menyusuri ruang-ruang berisi peninggalan pesirah: senjata tradisional, pakaian adat, hingga guci keramik yang menyimpan kisah panjang kehidupan masyarakat tempo dulu.

Kepala SMAN 1 Suak Tapeh, Hertining Dyah Listiningrum, menuturkan bahwa kegiatan ini menjadi sarana memperkuat kecintaan siswa terhadap budaya daerah.

“Kami ingin anak-anak menulis kisah dari daerahnya sendiri. Banyuasin punya banyak cerita yang layak dibagikan,” ujarnya penuh semangat.

Dari sisi pemerintah daerah, apresiasi datang dari Muhammad Hanif, S.Sos., staf Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Banyuasin, yang hadir mewakili Kabid Kebudayaan Sarmilin, S.Pd. Ia menilai, Rumah Bari bukan sekadar bangunan peninggalan, tetapi ruang belajar yang hidup — tempat generasi muda memahami akar sejarah sosial masyarakat marga Pangkalan Balai dan Banyuasin secara umum.

Tak sekadar mengenal, para siswa juga melakukan wawancara dan pendokumentasian sebagai bahan untuk menulis buku antologi budaya Banyuasin. Melalui karya itu, mereka akan mengangkat legenda, adat istiadat, serta tokoh-tokoh lokal yang pernah memberi warna dalam perjalanan daerahnya.

Namun di balik pesona sejarahnya, Rumah Bari kini membutuhkan sentuhan pemugaran. Hal ini diungkapkan oleh Pebriyan Arisca Pratama, S.Sos., salah satu kurator Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Banyuasin.

“Kami berharap ada perhatian pemerintah agar rumah ini bisa terus menjadi tempat belajar budaya bagi generasi mendatang,” tuturnya.

Kegiatan berakhir dengan penampilan Tari Ngundang oleh para siswa, diikuti sesi foto bersama di halaman rumah bersejarah itu. Sorot mata para pelajar memantulkan semangat baru — semangat untuk menjaga, menulis, dan mewariskan kembali kisah Banyuasin bagi masa depan. (*/ib) 



Tidak ada komentar