PWI dan HAPI Jajaki Sinergi Literasi Hukum–Media: Membangun Jembatan Keadilan di Era Digital
Suasana pertemuan jajaran pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat dengan Himpunan Advokat/Pengacara Indonesia (HAPI) di Kantor PWI Pusat, Jakarta, Selasa (28/10/2025). Pertemuan tersebut menjadi ajang silaturahmi dan penjajakan kerja sama literasi hukum dan media antara dua organisasi profesi strategis di bidang hukum dan jurnalisme.
JAKARTA — Di tengah derasnya arus informasi dan tantangan hukum yang kian kompleks, dua profesi strategis bangsa — wartawan dan advokat — mulai merajut langkah bersama.
Pada Selasa (28/10/2025), suasana hangat menyelimuti ruang pertemuan di Kantor PWI Pusat, Jakarta. Di sana, jajaran pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat menerima audiensi dari Himpunan Advokat/Pengacara Indonesia (HAPI).
Pertemuan itu bukan sekadar silaturahmi, melainkan langkah awal untuk menjajaki sinergi kelembagaan antara dunia hukum dan dunia media — dua ranah yang sama-sama mengemban misi menjaga keadilan dan kebenaran publik.
Menjaga Marwah Profesi di Tengah Dinamika Digital
Ketua Umum PWI Pusat, Akhmad Munir, menegaskan pentingnya membangun pemahaman hukum yang kuat bagi insan pers.
Menurutnya, wartawan masa kini tak bisa lagi memisahkan diri dari persoalan hukum yang melingkupi karya jurnalistik dan aktivitas di ruang digital.
“Wartawan hari ini tidak bisa lepas dari tantangan hukum, baik terkait produk jurnalistik maupun peran sosialnya di ruang digital. Karena itu, literasi hukum dan media harus berjalan beriringan,” ujar Munir.
Ia menambahkan, langkah konsolidasi internal yang kini dilakukan PWI menjadi fondasi penting bagi lahirnya kolaborasi yang sehat dan produktif dengan berbagai elemen bangsa — termasuk kalangan advokat.
Advokat dan Wartawan: Dua Pilar Kebenaran Publik
Sementara itu, Ketua Umum HAPI Enita Adyalaksmita menyampaikan apresiasi atas sambutan hangat dari jajaran PWI.
Ia menilai, kerja sama antara dua profesi ini memiliki nilai strategis yang tinggi dalam memperkuat kesadaran hukum masyarakat.
“Kami melihat PWI sebagai mitra penting dalam membangun kesadaran hukum publik. Sinergi antara advokat dan wartawan dapat menjadi kekuatan moral dalam menegakkan keadilan dan kebenaran di ruang publik,” ungkap Enita.
HAPI, lanjutnya, selama ini terus berupaya meningkatkan integritas profesi, memperkuat etika, serta memperluas literasi hukum ke berbagai lapisan masyarakat.
Dari Dialog Menuju Aksi Bersama
Dalam pertemuan itu, kedua belah pihak mendiskusikan sejumlah gagasan konkret. Di antaranya:
- Program literasi hukum dan media bagi wartawan dan advokat;
- Pelatihan bersama tentang etika profesi dan advokasi publik;
- Pembentukan forum hukum–media nasional sebagai ruang dialog antarsektor hukum, jurnalisme, dan akademisi;
- Serta penguatan lembaga pembelaan wartawan melalui dukungan advokat dalam kasus-kasus hukum pers.
Meskipun masih dalam tahap penjajakan awal, semangat kebersamaan sudah tampak nyata.
Belum ada kesepakatan formal, namun disepakati pembentukan tim kecil untuk merancang kerangka nota kesepahaman (MoU) yang akan menjadi dasar kerja sama ke depan.
“Kita masih saling menjajaki kemungkinan bentuk sinergi yang paling relevan dan bermanfaat bagi publik. Yang penting, semangat kebersamaan dan tanggung jawab moralnya sudah sejalan,” tutur Munir.
Langkah Menuju Forum Hukum–Media Nasional
Enita pun menyambut baik rencana pembentukan forum bersama yang dijadwalkan berlangsung pada Hari Pers Nasional 2026 di Banten, dengan tema besar:
“Hukum dan Media dalam Era Digital: Sinergi Advokat dan Wartawan untuk Keadilan Publik.”
Rencana itu diharapkan menjadi momentum penting bagi kedua profesi dalam memperkuat posisi mereka sebagai penjaga pilar demokrasi di Indonesia.
Pertemuan yang berlangsung santai namun penuh makna itu dihadiri pula oleh Ketua Bidang Organisasi HAPI Adya Laksmana, Presiden JCI Batavia Raymond Lee Santoso, dan Fast Local President Athika Batangtaris. Dari pihak PWI, sejumlah pengurus pusat turut mendampingi Ketua Umum.
Akhir Pertemuan, Awal Kolaborasi
Sore itu, sebelum meninggalkan ruangan, Munir dan Enita saling berjabat tangan erat.
Gestur sederhana yang seolah menandai awal babak baru — kolaborasi antara pena dan palu hukum, dua alat yang sama-sama mengusung misi: menjaga keadilan dan kebenaran publik di tengah riuhnya dunia digital. (*/Red)

Tidak ada komentar