Breaking News

Suka dan Duka, Fika Tetap Ikhlas dan Bersyukur kepada Tuhan atas Apa yang Dialami




Palapainfo.com, Samarinda -- Fika, oleh teman-temannya begitu ia kerap disapa. Nama lengkapnya, Zulfikar. Ia lahir di Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara Prov. Kaltim pada 48 tahun silam. Tepatnya pada Selasa, 24 Oktober 1972 dari 4 bersaudara buah hati dari ayahanda Abu Bakar dengan - ibunda Aspina. 


Karena mengikuti suami,  pasangan yang telah dikaruniai 1 putra dan 4 putri ini, kini Fika sekeluarga berdomisili di Samarinda sejak 1994.


Di usianya yang ke 48 tahun ini, dirinya hanya bisa bersyukur dan ikhlas kepada sang maha pencipta, Allah SWT, atas semua suka dan duka yang dialami selama ini. 


Karena menurutnya, tanpa rasa syukur dan ikhlas, membuat kita jadi lupa diri, sombong. Bahkan jika cobaan itu berupa duka, bisa saja membuat kita akan berputus asa hingga stress. 


Usai menamatkan pendidikannya di SDN 002 Muara Badak 1985, Fika kecil lanjut ke SMPN 1 Muara Badak hingga lulus pada 1988.


Sekadar diketahui, Ketika penulis mengajar Bahasa Inggris di SMP Negeri 1 Muara Badak sebagai Guru Tidak Tetap (GTT), saat Zulfikar duduk di Kelas I hingga Kelas II, tak bisa dipungkiri, ia memang tergolong siswi yang memiliki paras yang cantik di antara sekian banyak teman-teman siswi lainnya.


Rupanya, di usianya yang hampir menginjak setengah abad ini, kecantikan Fika tak banyak mengalami perubahan. Tentu tidaklah paralel antara usia dan parasnya sekarang.


Tetapi dengan karunia Tuhan yang ia miliki ini, tak membuat dirinya berbangga, bahkan ia tidak pernah merasa kalau dirinya memiliki wajah yang cantik. 


"Ah, bapak nih bisa aja sih, aku gak pernah merasakan seperti itu pak. Aku biasa-biasa aja," ungkapnya dengan logat Samarindanya. 


Menginjak usia remaja, Fika belia pun melanjutkkan pendidikannya ke MAN 1 Samarinda hingga lulus pada 1991. 


Meski berstatus ibu rumah tangga, Fika pun tak tinggal diam. Di tengah kesibukannya mengurus rumah tangga, rupanya Fika masih menyempatkan diri beraktifitas di luar rumah tanpa mengesampingkan perannya sebagai ibu rumah tangga. Menjaga kodratnya sebagai wanita dalam tuntunan agama dan adat istiadat sebagai mahluk sosial. 


Dengan pendidikan dan pengalamannya selama ini, menjadi bekal dalam menggeluti aktifitasnya.


Mulai dari membuka perawatan kecantikan di Banjarmasin Kalsel dengan brand skin care dari The Lion City Singapore. 


Fika juga pernah berbisnis penyaluran BBM, investasi batu bara, bekerjasama proyek. Juga ikut bisnis saham I share profit hingga kini. 


Tapi karena pandemi mewabah dunia, termasuk Indonesia belakangan ini, kini dirinya lebih memilih berbisnis aman di rumah. Dengan membuka KitchEndulita (Dapur Kuliner) memproduksi kue tradisional dengan produk andalan kue khas Bugis Sulawesi, yang lebih trend up to date dijuluki Bolpec alias Bolu Peca untuk dijual. 


"Alhamdulillah, setiap hari pelanggan bertambah," kata Fika mensyukuri nikmat yang Allah berikan. 


Apakah semua ini berjalan mulus, tentu tidak, ujarnya. Tapi semua yang dialami baik suka maupun duka menjadi pelajaran berharga dalam menata diri, mengevaluasi. 


"Keledai saja tak ingin jatuh 2 kali di lubang yang sama," bebernya. 


"Saya ikhlas saja menerima cobaan dari setiap kendala. Karena kegagalan merupakan cambuk mencapai kesuksesan. Dan what happened today, determined yesterday and what happened tomorrow is determined today (apa yang terjadi hari ini, ditentukan hari kemarin dan apa yang terjadi di hari esok ditentukan hari ini," ujarnya memotivasi diri. 


Bagi Fika, selalu ada jalan untuk berkarya, tidak memandang usia. Karena Satu orang tua yang berjiwa muda mampu mengubah dunia dibanding 1000 anak muda yang berjiwa lapuk.


Mengakhiri Perbicangannya via WhatsApp (Fika di Samarinda Kaltim - Alimuddin Pemred Media ini di Soppeng Sulsel), Selasa malam, 1 Juni 2021, Fika hanya berpesan. 


"Dari pada mengungkit - ungkit masa lalu yang telah berlalu dan membuat hati jadi pilu. Lebih baik merenda masa depan yang menjanjikan harapan. Karena kesempatan menjadi lebih baik hanya ada di hari esok. Maka janganlah membiarkan masa lalu menjadi lembaran hidup di masa datang," pesannya kepada pembaca / pemirsa. (alimuddin) 


Tidak ada komentar