Breaking News

Pelukan Psikologis Polri untuk Korban Ledakan SMAN 72 Jakarta Utara



Keterangan Gambar:

Di balik seragam ungu yang mereka kenakan, tersimpan hati yang penuh empati. 💜

Tim Psikolog Polri dari Biro Psikologi SSDM Polri dan Biro SDM Polda Metro Jaya hadir bukan sekadar menjalankan tugas, tetapi menenangkan jiwa-jiwa yang terguncang pascaledakan di SMAN 72 Jakarta Utara. Dengan senyum dan ketulusan, mereka mendengarkan cerita, menuntun napas yang masih sesak, dan membantu para korban menemukan kembali rasa aman yang sempat hilang. Pemulihan memang butuh waktu, tetapi bersama kepedulian, luka batin bisa perlahan sembuh. Karena bagi Polri, menjaga keamanan bukan hanya soal fisik—tapi juga menjaga hati yang terluka agar bisa kembali kuat. ðŸ’«


JAKARTA — Di tengah duka dan trauma yang masih membekas pascaledakan di SMAN 72 Jakarta Utara, kehadiran para psikolog Polri menjadi oase ketenangan bagi para korban, keluarga, dan tenaga pendidik. Dengan langkah penuh empati, mereka hadir bukan sekadar membawa seragam, tetapi juga hati—untuk memulihkan jiwa yang terguncang.

Sejak Jumat malam (7/11), Polda Metro Jaya melalui Biro Psikologi SSDM Polri dan Bagian Psikologi Biro SDM Polda Metro Jaya bergerak cepat memberikan pendampingan psikososial dan bantuan awal psikologis (Psychological First Aid/PFA). Upaya ini dipimpin langsung oleh BJP Yohanes Ragil H.S., S.I.K., M.Hum., bersama puluhan psikolog Polri yang terlatih menangani krisis emosional dan trauma mendalam.

Sabtu (8/11) menjadi hari penuh makna di tiga titik utama pendampingan: RS Islam Jakarta Cempaka Putih, RS YARSI Cempaka Putih, dan SMAN 72 Jakarta Utara. Dengan metode PFA, para psikolog membantu korban dan keluarga untuk menata kembali rasa aman, mengelola stres, serta menumbuhkan semangat menghadapi hari-hari setelah peristiwa mengejutkan itu.
Di lingkungan sekolah, para guru dan kepala sekolah pun mendapat sesi konseling khusus untuk menenangkan batin mereka yang ikut terguncang.

Berdasarkan hasil observasi, di RS Islam Jakarta Cempaka Putih masih terdapat 12 korban dirawat (dua di antaranya di ICU), sementara 29 korban telah dipulangkan. Di RS YARSI, 13 korban masih menjalani perawatan, satu di antaranya di ICU, dan satu sudah kembali ke rumah. Adapun di RS Pertamina Jaya, satu korban masih dirawat dan enam lainnya dinyatakan pulih.

Beberapa orang tua korban menyampaikan bahwa meski luka fisik anak mereka perlahan membaik, luka batin membutuhkan waktu lebih panjang. “Yang penting anak saya bisa tidur nyenyak dulu tanpa mimpi buruk,” ujar salah satu orang tua dengan mata berkaca-kaca.

Sementara itu, pihak sekolah tengah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan DKI Jakarta terkait rencana dimulainya kembali kegiatan belajar mengajar. Di sisi lain, jajaran Polres Metro Jakarta Utara dan Polsek Kelapa Gading tengah membantu proses renovasi area terdampak agar suasana sekolah kembali aman dan nyaman bagi para siswa.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol. Budi Hermanto, S.I.K., M.Si., menegaskan bahwa pendampingan psikososial ini merupakan wujud nyata komitmen Polri dalam memberikan pelayanan yang menyentuh seluruh aspek kemanusiaan.

“Pendampingan ini akan terus dilakukan secara berkelanjutan. Kami ingin memastikan seluruh korban dan keluarga mendapatkan dukungan psikologis yang cukup, seiring dengan proses penyelidikan yang masih berjalan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Kombes Budi menjelaskan bahwa kegiatan pendampingan psikologis akan berlangsung setidaknya dua minggu ke depan. Tim psikolog Polri akan menggelar program trauma healing di sekolah melalui sesi psikoedukasi, konseling, dan bila diperlukan juga psikoterapi. Harapannya, langkah ini mampu membantu para siswa bangkit, menumbuhkan kembali rasa percaya diri, dan menemukan ketenangan dalam rutinitas belajar.

Tak hanya fokus pada pemulihan psikologis, Polda Metro Jaya juga memastikan koordinasi lintas lembaga berjalan baik—mulai dari rumah sakit, Dinas Pendidikan, hingga kementerian terkait—agar penanganan medis dan mental berjalan seiring, terukur, dan tepat sasaran.

Kepada masyarakat, Polri mengimbau agar tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh isu-isu yang belum tentu benar. Bila menemukan aktivitas atau benda mencurigakan, masyarakat dapat melapor melalui layanan darurat 110, yang kini berbasis digital dan aman.

Karena keamanan bukan hanya tugas aparat, tapi juga tanggung jawab bersama—menjaga Jakarta agar tetap damai, dan memastikan setiap anak bisa kembali ke sekolah dengan senyum yang pulih. (*/is/Sabri) 


Tagar:

#MentalSehatKerjaHebat
#JagaJakarta+
#TransformasiPolriUntukIndonesiaMaju

Tidak ada komentar