Dari Penegakan Hukum ke Penjaga Gizi: Polri Hadirkan Sentra Nutrisi untuk Rakyat
Keterangan Gambar:
Ketua Komisi III DPR RI, Habiburokhman, memberikan apresiasi atas kinerja Polri dalam mengelola Sentra Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) sebagai bagian dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Ia menilai langkah Polri tersebut sebagai bukti nyata komitmen pengabdian dan reformasi kepolisian yang semakin humanis. (Foto: Dokumentasi Humas Mabes Polri)
Jakarta — Di sebuah halaman kantor polisi di pinggiran Bogor, aroma masakan hangat menyeruak dari dapur sederhana. Sejumlah ibu berbaris rapi mengambil jatah makan siang: nasi, sayur bening, dan lauk bergizi. Di samping mereka, anak-anak sekolah duduk di bangku panjang, tertawa sambil menikmati santapan. Siapa sangka, dapur kecil itu dikelola oleh anggota Polri.
Inilah wajah baru pengabdian kepolisian: tidak hanya menjaga keamanan dan menegakkan hukum, tetapi juga memastikan rakyatnya mendapat gizi yang layak. Melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG), Polri kini mengelola Sentra Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di berbagai daerah Indonesia — dari kota besar hingga pelosok terpencil.
Apresiasi datang dari parlemen. Ketua Komisi III DPR RI, Habiburokhman, menyampaikan penghargaan tinggi atas kiprah Polri dalam menjalankan program ini.
“Atas nama Komisi III DPR RI, kami mengapresiasi kinerja Polri yang ikut menyukseskan program Makan Bergizi Gratis dengan mengelola SPPG berstandar tinggi,” ujarnya di Jakarta, Minggu (5/10/2025).
Hingga kini, lebih dari 600 unit SPPG telah berdiri di bawah naungan Polri. Dari hasil pemantauan, tidak ditemukan satu pun laporan kasus keracunan. Hal ini menunjukkan betapa ketatnya pengawasan yang diterapkan dalam setiap proses penyajian makanan.
“Setiap makanan melalui dua tahap rapid test—mulai dari pengecekan bau, rasa, dan tekstur hingga penggunaan reagen—sehingga potensi kerusakan bisa terdeteksi lebih awal,” jelas Habiburokhman.
Ia berharap jumlah SPPG terus bertambah, dan standar pengelolaannya dapat menjadi acuan nasional.
“Dengan standar ini, kasus keracunan bisa ditekan bahkan dihentikan,” tambahnya.
Namun di balik angka dan standar teknis itu, tersimpan kisah nyata yang menyentuh.
Siti Aminah (37), seorang ibu rumah tangga di Cianjur, mengaku sangat terbantu oleh keberadaan SPPG di desanya.
“Anak saya dulu sering sarapan cuma teh manis dan roti. Sekarang bisa makan sayur dan lauk setiap hari. Rasanya tenang karena makanannya bersih dan aman,” ujarnya sambil tersenyum.
Bagi warga seperti Siti, kehadiran Polri dalam program sosial ini membawa harapan baru. Bukan hanya soal makanan, tapi juga tentang perhatian.
“Biasanya polisi itu identik dengan tilang atau patroli malam,” tutur Rendi (29), guru SD di tempat yang sama. “Sekarang kami melihat mereka masak bareng warga, bantu distribusi makanan. Rasanya hangat, seperti keluarga.”
Ketua Komisi III DPR RI menilai langkah Polri ini mencerminkan wajah baru kepolisian yang lebih humanis dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
“Polri selalu hadir di saat kritis dan memberi kontribusi maksimal bagi bangsa dan negara. Ini bentuk nyata reformasi Polri yang terus berjalan,” ujar Habiburokhman menutup pernyataannya.
Di dapur-dapur SPPG yang mengepul setiap pagi itu, pengabdian Polri menemukan bentuk baru: melayani dengan hati, bukan senjata; menjaga kehidupan, bukan sekadar keamanan. Dari jalanan yang ramai hingga meja makan rakyat, Polri terus menyalakan semangat bahwa rasa aman sejati juga datang dari perut yang kenyang dan hati yang tenang. (*/Ibnu Sultan)

Tidak ada komentar