Breaking News

Peringati HJB ke-691, Legislator Pusat Dr. Aras Buka Secara Resmi SLCN




Palapainfo.com, Bone -- Dalam rangka memperingati Hari Jadi Bone ke-692 Tahun 2021, salah satu kegiatan yang merupakan rangkaian HJB tersebut dengan memperingati juga Hari Meteorologi Dunia (HMD) ke-71 Tahun 2021.

Kini Bapak Anggota Komisi V DPR RI Dr. H. Muh. Aras, S.Pd, MM., dari Fraksi PPP,  membuka Secara Resmi Sekolah Lapang Cuaca Nelayan Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan 2021, Selasa, 6 April 2021.

Kegiatan ini mengusung tema, "Dengan Semangat HMD ke-71, Mari Bersama Mewujudkan Nelayan dengan Hasil Tangkapan Meningkat dan Aman Berbasis Informasi Cuaca. "

Diketahui, setiap tanggal 23 Maret diperingati sebagai Hari Meteorologi Sedunia atau World Meteorological Day. Kenapa 23 Maret? Karena pada tanggal yang sama di 1950 sebuah badan spesialisasi di bidang Meteorologi di bawah naungan PBB bernama World Meteorological Organization (WMO). Dibentuknya Hari Meteorology Sedunia ini diperingati oleh 188 negara anggota WMO.

Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari atmosfer bumi khususnya untuk keperluan prakiraan cuaca. Kata ini berasal dari bahasa Yunani meteorosatau ruang atas (atmosfer), dan logos atau ilmu. Meteorologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan membahas gejala perubahan cuaca yang berlangsung di atmosfer.

Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika.

Pada 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi dipimpin oleh Dr Bergsma.

Pada 1879 dibangun jaringan penakar hujan sebanyak 74 stasiun pengamatan di Jawa. Pada 1902 pengamatan medan magnet bumi dipindahkan dari Jakarta ke Bogor. Pengamatan gempa bumi dimulai pada 1908 dengan pemasangan komponen horisontal seismograf Wiechert di Jakarta, sedangkan pemasangan komponen vertikal dilaksanakan pada 1928.

Pada 1912 dilakukan reorganisasi pengamatan meteorologi dengan menambah jaringan sekunder. Sedangkan jasa meteorologi mulai digunakan untuk penerangan pada 1930. Pada masa pendudukan Jepang antara 1942 sampai dengan 1945, nama instansi meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 1945, instansi tersebut dipecah menjadi dua: Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk melayani kepentingan Angkatan Udara. (**/redaksi) 


Tidak ada komentar